Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Hamba Tuhan Serukan Ketenangan di Papua, Tidak Ada Penutupan Gereja di Ifar Gunung

Hamba Tuhan Serukan Ketenangan di Papua, Tidak Ada Penutupan Gereja di Ifar Gunung

SENTANI, LELEMUKU.COM - Para tokoh gereja di Papua menyampaikan seruan ketenangan kepada seluruh warga dan jemaat di Tanah Papua setelah terjadinya kesalahpahaman komunikasi terkait gedung gereja Jemaat GKI Immanuel Ifar Gunung di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua pada Jumat 14 November 2025. 

Menurut mereka, apa yang sempat memicu kegelisahan hanyalah miskomunikasi sederhana yang kini telah diatasi sepenuhnya melalui dialog damai dengan pihak Rindam XVII/Cenderawasih.

Pendeta Lipiyus Biniluk, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua sekaligus Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP), menekankan bahwa situasi sudah kembali normal dan tidak perlu ada kekhawatiran berlebih.

Dikatakan semua pihak sudah duduk bersama, mendengar langsung penjelasan dari Danrindam, dan semuanya menjadi terang. Ini hanya kesalahpahaman kecil dalam komunikasi administratif yang berkembang karena informasi tidak lengkap. 

"Setelah kami dengar. Cek lagi kepada Ibu pendeta. Poin-poinnya sudah diklarifikasi tadi, yaitu bukan menutup gereja tetapi hanya bertanya. Dan itu semua kedua belah pihak sudah terklarifikasi,” kata Pendeta Lipiyus Biniluk usai mediasi di markas Rindam Ifar Gunung pada Jumat sore.


Dikatakan, sekarang ini semua pihak sudah berdamai dan sepakat untuk saling memaafkan serta menutup peristiwa ini dengan hati penuh kasih.

"Kami dari pimpinan gereja-gereja di Provinsi Papua memohon dengan sangat sangat berita yang sudah beredar yang tidak sesuai dengan fakta itu dihilangkan. Apa yang disampaikan hari ini menjadi catatan untuk kita semua, dalam gerak langkah ke depan memang perlu hati-hati supaya menyaring informasi yang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya," ujar dia. 

Ia mengimbau seluruh warga Papua, dari jemaat gereja hingga masyarakat umum, untuk tidak melanjutkan atau memperpanjang kesalahpahaman ini melalui informasi yang belum diverifikasi.

"Kita juga harus menjaga situasi karena sekarang ini adalah momentum Natal dan juga menjelang Tahun Baru. Mari kita semua kerja dengan baik," ujar dia. 

Dikatakan karena semua pihak sudah sepakat untuk berdamai. Ia berharap agar umat Kristen lainnya tidak memelintir peristiwa ini sehingga dapat menciptakan aksi-aksi lanjutan yang malah merugikan semua pihak.

"Tidak ada aksi lanjutan," tegas dia sambil mengkonfirmasi hal ini ke Ketua GKI Klasis Sentani.

Pendeta Albert Suebu, Ketua Badan Pekerja Klasis GKI Seltani, yang turut memimpin mediasi, juga menegaskan bahwa aksi penyampaian aspirasi yang dilakukan sebagian jemaat GKI Immanuel Ifar Gunung pada siang hingga petang hari telah berakhir dengan baik setelah klarifikasi dari TNI AD diberikan.

Dikatakan, aksi yang lahir dari rasa ketidaknyamanan karena informasi yang belum jelas ini dapat diakhiri dan tidak dilanjutkan. Sebab ketika pihaknya bertemu dan mendengar langsung pernyataan dari Danrindam, semua menjadi paham kalau tidak ada niat buruk, tidak ada penutupan gereja. 

"Segala informasi yang tidak benar tidak boleh dilanjutkan. Tapi hari ini akan dilakukan klarifikasi Dan ini yang akan menjadi informasi terbaru bagi kita semua. 

Pendeta Mince Manyakori, pendeta yang melayani jemaat GKI Immanuel Ifar Gunung bersama jemaat juga sudah terlihat lega dan menerima penjelasan dengan lapang dada.

Dalam mediasi yang dihadiri pimpinan gereja, FKUB, dan perwakilan DPR Kabupaten Jayapura itu, Danrindam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Endra Saputra Kusuma Z.R., S.E. menjelaskan bahwa ia baru dua bulan bertugas dan sedang melakukan orientasi rutin pengelolaan aset pangkalan.

"Saya Danrindam 17 Cenderawasih akan mengklarifikasi berkaitan dengan kejadian hari ini yang di mana informasinya ada penutupan gereja di Rindam. Tapi sebenarnya itu hanya kesapanpahaman karena tidak ada sedikit pun niat kami untuk menutup gereja. Ada malahan kami bersyukur bahwa ada pendeta yang ditugaskan ke Rindam ini untuk membimbing jemaat-jemaat kami yang sebagian besar jemaat itu adalah dari Rindam itu sendiri," kata dia. 

Ia menyatakan bahwa dirinya hanya bertanya kepada bawahan terkait dokumen legalitas gereja dan rumah pendeta sebagai prosedur standar administrasi guna pendataan yang sudah lumrah dilakukan saat baru menjabat di kesatuan yang baru. Namun hal ini disalahpahami sehingga menimbulkan aksi unjuk rasa.

"Yang menjadi masalah adalah saya selaku Danrindam karena baru orientasi kemudian menanyakan berkaitan dengan administrasi di pangkalan kami. Jadi saya tanyakan berkaitan surat-surat bagaimana dengan keberadaan gereja dan rumah pendeta di situ. Itu yang saya tanyakan. Tapi berkembangnya malah Danrindam mau menutup. Saya mohon maaf sekali lagi atas kesalahan paham ini yang sedikit mengusik kedamaian di Papua ini," kata dia. 

"Dengan jiwa besar sekali lagi saya mohon maaf bahwa tidak ada niat sedikit pun TNI untuk menutup rumah agama. Demikian yang dapat saya tegaskan bahwa kami adalah TNI adalah Tentara Nasional Indonesia yang harus melindungi rakyat di seluruh Nusantara ini," tutup dia.

Dalam kesempatan itu juga Danrindam berjanji akan mendirikan pohon Natal bersama jemaat sebagai tanda persaudaraan.

Pertemuan berakhir dengan doa bersama. Situasi di Ifar Gunung saat ini kondusif pasca aksi penyampaian aspirasi siang hari yang  berakhir dengan damai. (Joe)

Posting Komentar

0 Komentar