Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Ratusan Perempuan Dilaporkan Dibunuh Pasukan RSF di Sudan, Menteri Kesejahteraan Sosial: Ini Pembersihan Etnis

KHARTOUM, Olemah.com — Situasi kemanusiaan di Sudan kembali memburuk setelah Menteri Kesejahteraan Sosial Sudan, Salma Ishaq, mengungkapkan bahwa ratusan perempuan menjadi korban kekerasan brutal pasukan Rapid Support Forces (RSF) usai jatuhnya kota Al-Fashir ke tangan pemberontak, pekan lalu.

Dalam keterangan resmi yang dikutip dari Anadolu Agency, Minggu (2/11/2025), Ishaq menyebut bahwa pihaknya menerima laporan setidaknya 300 perempuan dibunuh RSF hanya dalam dua hari pertama serangan di Al-Fashir.

“RSF membunuh 300 perempuan dalam dua hari pertama mereka masuk di Al-Fashir. Setiap orang yang meninggalkan kota menuju Tawila berada dalam bahaya karena jalan antara Al-Fashir dan Tawila telah menjadi jalan kematian,” kata Ishaq dengan nada geram.

Kekerasan Seksual dan Penyiksaan Massal

Selain pembunuhan massal, Ishaq mengungkapkan banyak korban perempuan juga mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik, hingga penyiksaan sadis.

“Masih ada keluarga-keluarga di Al-Fashir yang diseret, disiksa, dipermalukan, dan menjadi korban kekerasan seksual,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa ribuan warga sipil yang mencoba melarikan diri ke Tawila, sekitar 50 kilometer dari Al-Fashir, juga menghadapi ancaman serius di sepanjang jalur pelarian. Jalan tersebut kini dijuluki warga sebagai “jalan kematian” karena banyaknya korban yang diserang di tengah perjalanan.

“Ini Bukan Perang, Ini Pembersihan Etnis”

Menteri Salma Ishaq menegaskan bahwa apa yang terjadi di Al-Fashir bukan sekadar konflik bersenjata, tetapi pembersihan etnis yang sistematis.

“Apa yang terjadi di Al-Fashir adalah tindakan pembersihan etnis yang sistematis, sebuah kejahatan besar — dan seluruh dunia turut bersalah karena memilih bungkam,” katanya lantang.

Ishaq juga mengecam komunitas internasional yang dinilai lamban dalam merespons situasi darurat di Sudan. Ia menegaskan bahwa keheningan global hanya memperparah penderitaan rakyat Sudan, khususnya kaum perempuan dan anak-anak.

RSF Akui Ada Pelanggaran

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya Rabu (29/10), komandan RSF Mohamed Hamdan “Hemedti” Dagalo mengakui bahwa sebagian pasukannya terlibat dalam pelanggaran serius terhadap warga sipil di Al-Fashir.

Dagalo berjanji akan menindak tegas para pelaku pembunuhan dan kekerasan di lapangan, namun janji itu diragukan banyak pihak mengingat skala kekerasan yang terus berlanjut hingga awal November.

 62.000 Warga Mengungsi, Ribuan Hilang

Menurut laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 62.000 warga sipil telah melarikan diri dari Al-Fashir sejak kota itu direbut RSF pada 26 Oktober 2025.

Namun, ribuan orang masih hilang tanpa kabar, dan banyak pengungsi dilaporkan dicegat atau ditahan oleh pasukan RSF saat berusaha meninggalkan wilayah konflik.

Laporan lembaga kemanusiaan juga menyebutkan adanya pembantaian massal, penjarahan rumah warga, dan penghancuran fasilitas medis serta tempat ibadah di wilayah yang dikuasai RSF.

Kecaman Dunia Arab dan PBB

Negara-negara anggota Liga Arab seperti Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab telah mengecam keras tindakan RSF yang disebut sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional.

Sementara itu, Sekjen PBB António Guterres menyerukan investigasi independen atas dugaan kejahatan perang yang terjadi di Al-Fashir dan menyerukan penghentian segera kekerasan.

 Krisis Kemanusiaan yang Terlupakan

Kota Al-Fashir, ibu kota negara bagian Darfur Utara, kini menjadi simbol penderitaan rakyat Sudan. Sejak perang saudara pecah antara militer Sudan (SAF) dan RSF pada April 2023, konflik telah menewaskan lebih dari 15.000 orang dan memaksa hampir 10 juta warga mengungsi ke berbagai wilayah dan negara tetangga.

Organisasi kemanusiaan seperti Amnesty International dan Human Rights Watch menyebut situasi di Sudan sebagai bencana kemanusiaan terbesar di Afrika saat ini.


Sumber : KOMPAS.TV

Editor : Redaksi Olemah

Website : www.olemah.com

Diterbitkan : 03 November 2025

Posting Komentar

0 Komentar