WAMENA | OLEMAH.COM — Situasi keamanan di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, kembali memanas setelah dugaan penculikan terhadap Mumak Nirigi (35), warga Distrik Mebarok, pada Jumat, 3 Oktober 2025. Peristiwa ini memicu kekhawatiran baru di tengah masyarakat yang selama tujuh tahun terakhir hidup dalam bayang-bayang konflik bersenjata.
Hingga kini, keberadaan Mumak belum diketahui. Istrinya hanya menemukan pakaian, topi, dan hasil kebun milik sang suami di lokasi kejadian di Wisigi, Mebarok, bersama bekas jejak sepatu di tanah.
“Artinya Mumak Nirigi sudah ditangkap sejak 3 Oktober. Kami tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah dibunuh,” kata Anggota DPRK Nduga, Leri Gwijangge, kepada wartawan di Wamena, Senin (13/10).
Dampak Penyerahan Pilot Asing Berujung Operasi Militer
Menurut Leri, situasi ini tak lepas dari operasi militer yang meningkat pasca penyerahan pilot asal Selandia Baru, Philips Marten, di wilayah Yuguru, Distrik Mebarok. Penyerahan tersebut sejatinya berlangsung damai melalui kerja sama tim negosiator, pihak gereja, dan masyarakat.
“Penyerahan pilot itu demi kemanusiaan. Tapi setelah itu justru terjadi pendoropan militer. Seharusnya ada ucapan terima kasih, bukan eskalasi kekerasan,” ujarnya.
Dalam operasi yang berlangsung, Abral Wandimbo dilaporkan tewas dan diduga dimutilasi. Beberapa warga sipil juga dilaporkan menjadi korban penembakan. Akibatnya, masyarakat yang sebelumnya telah kembali ke kampung, kini kembali mengungsi ke daerah lain.
Rumah Dibakar dan Gereja Dijadikan Pos Militer
Leri mengungkapkan, sejumlah rumah warga di Distrik Mebarok dan sekitarnya dibakar aparat. Bahkan, gereja yang selama ini menjadi tempat ibadah dan perlindungan warga dijadikan pos militer.
“Seharusnya TNI tidak membakar rumah warga dan menempati gereja. Mereka sudah dibekali aturan dan pendidikan tentang bagaimana menangani kombatan dan pengungsi,” tegasnya.
Trauma Warga dan Pengungsian Berulang
Meski awalnya masyarakat menerima kehadiran TNI yang datang dengan membawa bendera merah putih dan Alkitab sebagai simbol damai, namun kepercayaan itu runtuh setelah Abral Wandimbo ditangkap dan dibunuh di lokasi yang sama.
“Sejak itu, masyarakat trauma dan mengungsi lagi ke Lanny Jaya dan Wamena. Bahkan ada anak kecil yang ditembak di kaki saat mengambil ubi di kebun hingga tulangnya hancur,” ungkap Leri.
Ia juga mengaku menerima laporan bahwa warga yang melintasi jalan sering mendapat tembakan dari aparat. Dari sekitar 50 kepala keluarga yang tinggal di sekitar Kali Yuguru Hulu hingga Hilir, sebanyak 40 KK telah mengungsi.
Minimnya Perhatian Pemerintah terhadap Pengungsi
Sejak konflik bersenjata pecah tahun 2018, ribuan warga Nduga telah mengungsi ke berbagai daerah. Namun menurut Leri, perhatian pemerintah daerah maupun pusat masih sangat minim, terutama dalam hal tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan.
“Makan dan minum ada, tapi kebutuhan dasar lainnya tidak diperhatikan. Anak-anak terlantar, kesehatan tidak terjamin. Pemerintah provinsi dan pusat harus serius,” ujarnya.
Leri juga meminta Pemkab Nduga, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, bekerja sama untuk memulangkan warga ke kampung halaman mereka.
“Urusan keamanan memang tanggung jawab pusat, tapi visi dan misi bupati serta program pemerintah pusat harus benar-benar dirasakan rakyat,” katanya.
Desakan Penarikan Pasukan dan Evaluasi Pemekaran
Menutup keterangannya, Leri mendesak agar pasukan TNI ditarik dari wilayah Nduga dan Papua Pegunungan. Ia menilai, militerisasi yang terus berlangsung tidak dibenarkan dan justru memperburuk penderitaan masyarakat sipil.
“Provinsi dan kabupaten ini hadir untuk dinikmati rakyat, bukan untuk menyiksa. Korban sekarang ini adalah masyarakat sipil yang ditemui di kebun, jalan, dan hutan,” tegasnya.
Ia juga mengkritik sikap DPR Papua Pegunungan dan Majelis Rakyat Papua (MRP) yang dinilai tidak responsif terhadap penderitaan masyarakat.
“Jangan pura-pura tidak melihat. Kita harus kolaborasi menuntut penyelesaian kepada pemerintah pusat,” pungkasnya.
Sumber : RakyatPapua.com
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 16 Oktober 2025
0 Komentar