Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Presiden Donald Trump Beri Peringatan Keras untuk Iran Terkait Program Nuklir

JAKARTA, OLEMAH.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menyampaikan peringatan keras kepada Iran terkait upaya negara tersebut untuk mengembangkan kembali fasilitas nuklirnya. Peringatan ini datang setelah serangan militer AS pada bulan Juni yang diklaim telah merusak total beberapa fasilitas nuklir utama Iran.

Menurut laporan yang dilansir dari Tribune, Trump mengingatkan Iran untuk tidak mencoba membangun kembali fasilitas nuklir mereka, terutama setelah klaim bahwa serangan udara AS pada 21 Juni lalu, yang dilakukan dalam operasi dengan kode nama Midnight Hammer, berhasil menghancurkan tiga situs nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Trump menegaskan bahwa ketiga lokasi tersebut telah "hancur total," dan menyatakan bahwa Iran akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat membangun kembali program nuklirnya jika negara itu mencoba melakukannya.

Pernyataan Trump ini muncul di tengah ketegangan yang semakin meningkat mengenai efektivitas serangan tersebut dan masa depan upaya diplomatik dalam membatasi ambisi nuklir Iran. Pemerintah AS, melalui pejabat pertahanan dan Trump sendiri, telah berulang kali menyatakan bahwa serangan udara tersebut memberikan dampak yang sangat besar terhadap kemampuan nuklir Iran.

Namun, klaim tersebut mendapat tantangan dari beberapa sumber intelijen AS. Menurut laporan NBC News, hanya satu dari tiga situs nuklir Iran yang hancur total, sementara dua lokasi lainnya masih dalam kondisi cukup baik dan dapat melanjutkan aktivitas pengayaan uranium dalam beberapa bulan ke depan jika Iran memutuskan untuk melanjutkan program nuklirnya.

Trump dengan tegas menanggapi laporan tersebut, menyebut kredibilitas media yang meragukan klaim pemerintahnya sebagai "berita palsu" dan menyamakan kondisi fasilitas nuklir Iran dengan "hancur, tertimbun tanah, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih." Pernyataan ini semakin mempertegas pandangannya bahwa serangan AS telah memberikan dampak yang sangat besar bagi kemampuan nuklir Iran.

Sementara itu, di sisi Iran, pemerintah negara tersebut tetap bersikukuh bahwa program nuklir mereka bersifat damai, meskipun ada kekhawatiran dan kecurigaan yang berkembang di kalangan negara-negara Barat. Iran telah lama mengklaim bahwa pengayaan uranium yang mereka lakukan bertujuan untuk kebutuhan energi dan penelitian ilmiah, bukan untuk mengembangkan senjata nuklir.

Pada minggu depan, diplomat-diplomat Iran dijadwalkan untuk bertemu di Eropa guna membahas kemungkinan kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat. Namun, menurut Institut Studi Perang, Iran diperkirakan tidak akan melunak dalam posisinya terkait haknya untuk memperkaya uranium di wilayahnya. Hal ini membuat peluang tercapainya kesepakatan nuklir yang mencakup pengenaan pembatasan pengayaan uranium menjadi semakin kecil.

"Iran belum menunjukkan tanda-tanda akan menerima kesepakatan nuklir yang mencakup permintaan untuk menghentikan pengayaan uranium mereka, yang berarti kemungkinan besar mereka akan menolak setiap kesepakatan yang memaksakan pembatasan tersebut," kata Institut Studi Perang dalam laporan terbarunya.

Kehadiran perdebatan sengit ini menunjukkan bahwa masa depan upaya diplomatik dalam menanggulangi ambisi nuklir Iran masih dipenuhi dengan tantangan besar, baik dari sisi Amerika Serikat maupun dari pihak Iran itu sendiri. Namun, dengan ketegasan yang ditunjukkan oleh Presiden Trump, situasi ini berpotensi semakin memanas seiring dengan ketidakpastian mengenai langkah selanjutnya dalam penyelesaian masalah nuklir di Timur Tengah.


Sumber : Tribune, Trump 

Editor : Redaksi Olemah

Website      : www.olemah.com

Diterbitkan : 22 Juli 2025

Posting Komentar

0 Komentar