Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Festival Asmat Pokman di Ujung Tanduk, Dua Tokoh Budaya Jadi Korban Penganiayaan

Asmat, Olemah.com — Festival Asmat Pokman (FAP), ajang kebanggaan masyarakat Asmat yang selama ini menjadi simbol perlawanan budaya terhadap derasnya arus globalisasi, kini menghadapi ancaman besar. Ironisnya, ancaman itu bukan datang dari luar, melainkan dari dalam masyarakat sendiri.

Pada 16 Agustus 2025, dua tokoh kunci penyelenggara FAP diserang secara brutal di Kampung Youw, Distrik Betsbamu. Mereka adalah John Ohoiwirin, Ketua Komisi Kebudayaan Keuskupan Agats sekaligus Direktur Museum Kebudayaan dan Kemajuan Asmat, dan Pastor Lucky Legasando, Ketua Sekretariat Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agats.

Keduanya menjadi korban penganiayaan oleh sekelompok warga dari Kampung Warkai. John mengalami luka di kepala dan memar di sekujur tubuh, sementara Pastor Lucky mengalami patah tulang hidung. Setelah sempat dirawat di RSUD Perpetua J. Safanpo, Agats, keduanya kemudian dirujuk ke Timika untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Luka Batin Lebih Dalam dari Luka Fisik

Dalam kondisi penuh haru, John menyampaikan kesedihannya:

“Saya sudah lebih dari 20 tahun bekerja untuk Asmat dan kebudayaan ini, dan sekarang saya mengalami ini. Saya ikhlas untuk tanah ini, saya percaya leluhur tahu itu. Namun rasa sakit ini membuat saya bertanya: masihkah ada ruang aman untuk menjaga budaya sendiri?”

Pernyataan John menggambarkan luka batin yang jauh lebih dalam dari sekadar luka fisik. Peristiwa ini tidak hanya melukai dua tokoh, tetapi juga menjadi luka kolektif bagi seluruh masyarakat Asmat—luka pada ukiran, pada tifa, dan pada roh-roh leluhur yang selama ini dijaga melalui Festival Pokman.

Seleksi FAP Terhambat

Sebelum insiden terjadi, proses seleksi Festival Asmat Pokman telah berlangsung di beberapa titik seperti Bayun Krongkel, Primapun, dan Basim Fait. Namun, akibat penganiayaan ini, sejumlah titik seleksi lain terpaksa ditunda. Waktu pelaksanaan festival semakin dekat, namun kepastian pelaksanaannya justru semakin jauh dari harapan.

Kini muncul pertanyaan besar:

Apakah Festival Pokman masih bisa berjalan sebagai warisan leluhur? Ataukah justru akan padam oleh tangan generasi penerusnya sendiri?


Sumber : SUARA GUNUNG

Editor : Redaksi Olemah

Website      : www.olemah.com

Diterbitkan : 24 Agustus 2025

Posting Komentar

0 Komentar