Maruli yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Pembangunan Jembatan untuk pemulihan wilayah Sumatera menjelaskan bahwa perbaikan jembatan tidak berjalan mudah. Selain faktor geografis dan cuaca ekstrem, ditemukan adanya indikasi gangguan non-teknis yang memperlambat proses pemulihan.
Dalam keterangannya, Maruli memaparkan temuan baut jembatan bailey yang diduga sengaja dibongkar. Ia menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk sabotase yang berpotensi merugikan masyarakat korban bencana.
“Dalam kondisi seperti ini, ada kelompok orang yang arahnya bisa dikatakan menargetkan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat yang sedang terkena bencana justru dikorbankan,” ujar Maruli.
Ia menegaskan bahwa pembangunan jembatan darurat sangat krusial untuk membuka kembali akses logistik, pelayanan kesehatan, dan mobilitas warga terdampak. Karena itu, setiap bentuk penghambatan terhadap proses pemulihan dinilai sebagai tindakan yang tidak berperikemanusiaan.
Di sisi lain, TNI-Polri terus mengerahkan personel gabungan untuk membangun jembatan darurat di sejumlah titik terdampak, termasuk di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jembatan bailey dipasang sebagai solusi sementara agar aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan sembari menunggu pembangunan permanen.
KSAD menegaskan komitmen TNI untuk tetap melanjutkan pemulihan infrastruktur meski menghadapi berbagai hambatan. Ia juga meminta seluruh pihak mendukung proses rehabilitasi dan tidak memanfaatkan situasi bencana untuk kepentingan tertentu.
“Fokus utama kami adalah keselamatan dan kepentingan masyarakat. Pemulihan harus berjalan, apa pun tantangannya,” tegasnya.
Sumber : PSSI
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 29 Desember 2025

0 Komentar