Dalam laporan terbaru, FIFA menemukan dokumen asli dari kantor catatan sipil Argentina yang membantah data genealogi pemain yang digunakan FAM untuk melegalkan status kewarganegaraan pemain keturunan asing.
Kasus ini pertama kali mencuat setelah investigasi FIFA terhadap tujuh pemain naturalisasi Malaysia, yaitu Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.
Menurut hasil penyelidikan, sebagian besar dari mereka tidak memiliki hubungan darah dengan warga negara Malaysia seperti yang diklaim oleh FAM.
Bukti Akta Kelahiran Palsu
Media Argentina Capital de Noticias merilis foto akta kelahiran asli Carlos Rogelio Fernandez, kakek dari Facundo Garces, yang menyebutkan bahwa ia lahir di Santa Fe, Argentina—bukan di Penang seperti yang dilaporkan FAM ke FIFA.
Temuan ini membuat FIFA menetapkan bahwa seluruh cabang genealogi yang digunakan FAM untuk membenarkan naturalisasi Garces adalah palsu. Akibatnya, Garces langsung dihapus dari daftar kelayakan internasional.
FIFA kini juga menelusuri enam pemain lainnya yang diduga menggunakan dokumen palsu dan manipulasi status sipil agar lolos sebagai pemain keturunan Malaysia.
“Ini merupakan penipuan terorganisir. Jika terbukti, FAM bisa menghadapi hukuman berat, mulai dari skorsing di Kualifikasi Piala Asia 2027 hingga larangan jangka panjang dari kompetisi internasional,” demikian pernyataan FIFA yang dikutip oleh Superball.id.
Upaya FAM Melawan FIFA
Menghadapi krisis besar ini, FAM menunjuk firma hukum internasional Charles Russell Speechlys (Inggris) untuk mewakili mereka dalam banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Namun, biaya banding yang mencapai 1,27 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp5 miliar) menuai kritik publik karena dinilai hanya menunda hukuman.
Kemarahan publik meningkat setelah foto Sekretaris Jenderal FAM, Noazman Rahman, beredar sedang berdampingan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino di tengah proses penyelidikan. Banyak pihak menilai FAM berusaha menutupi kasus ini.
Reaksi Pemerintah dan Pakar
Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Hana Yeo, mengakui bahwa skandal ini adalah masa paling sulit dalam sejarah sepak bola Malaysia.
Ia menegaskan pemerintah akan bekerja sama dengan FAM untuk melakukan reformasi menyeluruh, bahkan jika Malaysia nantinya dilarang tampil di turnamen internasional.
“Kami harus membangun kembali kepercayaan publik, meski dalam situasi terburuk sekalipun,” ujar Hana Yeo.
Sementara itu, pakar sepak bola veteran Datuk Pekan Ramli menilai FAM harus segera mengakui kesalahan dan berhenti mengajukan banding.
“Semakin lama ini ditunda, semakin rusak reputasi sepak bola Malaysia,” tegasnya.
Kasus ini menjadi krisis institusional terbesar dalam sejarah sepak bola Malaysia. Setelah bertahun-tahun mengandalkan kebijakan naturalisasi demi memperkuat tim nasional, kini FAM harus membayar mahal akibat kurangnya transparansi dan kontrol administratif.
FIFA memberi batas waktu hingga 31 Maret 2026 untuk menyelesaikan kasus ini agar tidak mengganggu proses kualifikasi Piala Asia 2027.
Jika keputusan FIFA menguat, Malaysia kemungkinan dinyatakan kalah dalam pertandingan melawan Vietnam dan Nepal, serta terancam tersingkir dari ajang kualifikasi.
Komentator Vietnam Quang Huy menyimpulkan dengan tegas:
“FIFA telah merilis bukti yang meyakinkan kali ini. Malaysia benar-benar tidak punya cara untuk menyangkalnya.”
Sumber : FIFA
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 02 November 2025

0 Komentar