Ketiga astronot tersebut adalah Wang Jia, Chen Jun, dan Liu Rong, yang telah berada di luar angkasa sejak 24 April 2025 dalam misi jangka panjang di Tiangong.
Mereka seharusnya kembali ke Bumi pada 5 November 2025 usai melakukan serah terima misi dengan kru pengganti Shenzhou-21 yang baru tiba pada 31 Oktober 2025.
Namun, beberapa jam sebelum jadwal kepulangan, China Manned Space Agency (CMSA) mengumumkan melalui akun resmi Weibo bahwa proses pemulangan ditunda karena kapsul re-entry Shenzhou-20 mengalami kerusakan akibat puing antariksa.
CMSA: “Kami Sedang Selidiki Tingkat Kerusakan”
Dalam pernyataan resminya, CMSA menyebutkan bahwa sistem kapsul re-entry menerima “benturan kecil” dari puing antariksa.
Akibatnya, seluruh proses pemulangan kru ditunda untuk memastikan keselamatan para astronot.
“Kami sedang melakukan analisis teknis terkait tingkat kerusakan pada modul re-entry dan memastikan sistem keselamatan tetap berfungsi normal,” tulis CMSA.
Belum ada konfirmasi resmi tentang seberapa parah kerusakan yang terjadi ataupun kapan ketiga astronaut dapat kembali ke Bumi.
Saat ini, diperkirakan Shenzhou-20 masih terpasang di modul utama Tiangong, yang memiliki tiga bagian: modul tenaga, modul kru, dan modul pengembalian (re-entry capsule) yang dilengkapi parasut utama untuk proses pendaratan.
Rekor Baru di Tengah Ancaman Nyata
Karena penundaan ini, ketiga astronaut secara tidak sengaja memecahkan rekor sebagai astronaut Cina dengan waktu terlama berada di luar angkasa, yakni lebih dari 400 hari.
CMSA memastikan pasokan oksigen dan makanan di Stasiun Tiangong masih cukup aman untuk jangka waktu beberapa minggu ke depan, namun tim darat terus memantau secara intensif.
Ancaman Serius dari Sampah Antariksa
Kasus ini kembali menyoroti bahaya meningkatnya jumlah puing antariksa (space debris) di orbit rendah Bumi (LEO).
Pada tahun 2023, panel surya Tiangong juga pernah tertabrak puing kecil yang menyebabkan gangguan daya sementara.
Para ahli memperingatkan bahwa sampah antariksa meningkat drastis seiring maraknya peluncuran satelit komersial dan misi luar angkasa swasta.
Fenomena ini berpotensi memicu “Kessler Syndrome”, yakni tabrakan berantai antar puing yang dapat membuat orbit Bumi tidak lagi aman untuk penerbangan luar angkasa.
Untuk mengatasi hal itu, berbagai lembaga antariksa dunia tengah mengembangkan teknologi pembersihan orbit (orbital debris removal) — namun biayanya sangat besar dan teknologinya masih dalam tahap eksperimental.
Publik Menunggu Keputusan Beijing
Hingga Kamis (6/11/2025) pagi, pemerintah Beijing belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai nasib kapsul Shenzhou-20 dan rencana evakuasi ketiga astronaut.
Sementara itu, Shenzhou-21 masih siaga di Tiangong, dan CMSA disebut tengah mempertimbangkan penggunaan kapsul pengganti untuk proses pemulangan darurat.
Situasi ini menjadi perhatian global karena memperlihatkan betapa rentannya misi luar angkasa modern terhadap bahaya puing antariksa.
Banyak pengamat luar angkasa menyerukan agar negara-negara besar segera memperkuat kerja sama internasional untuk menjaga keamanan orbit rendah Bumi dari ancaman yang terus meningkat.
Sumber : Kompas.com
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 10 November 2025

0 Komentar