Langkah ini disebut sebagai respons atas perintah Presiden AS Donald Trump yang mengerahkan dua kapal selam nuklir ke kawasan perairan dekat Rusia, menyusul pernyataan ancaman perang nuklir dari Dmitry Medvedev, mantan Presiden dan sekutu dekat Putin.
Empat Pesawat Tu-95MS Dikerahkan dari Timur Jauh
Pesawat-pesawat pengebom tersebut sebelumnya ditempatkan di Pangkalan Udara Olenya di Arktik, wilayah Murmansk, dan juga Engels-2 di Saratov. Namun, serangan drone Ukraina yang intens memaksa militer Rusia memindahkannya ke Pangkalan Udara Ukrainka di Amur, sekitar 3.650 mil dari Moskow. Kini, sebagian pesawat telah dikembalikan ke wilayah barat Rusia.
Menurut laporan Daily Mail, pesawat-pesawat tersebut sudah dilengkapi dengan rudal jelajah, mengindikasikan potensi serangan besar-besaran dalam waktu dekat.
“Rusia telah memindahkan pesawat pengebom dari Timur Jauh lebih dekat ke Ukraina. Setidaknya empat pesawat TU-95MS kembali dikerahkan ke Olenya dan Engels-2,” tulis Daily Mail mengutip sumber keamanan.
Pesawat-pesawat Tu-95MS ini memang merupakan bagian dari kekuatan nuklir Rusia, tetapi juga digunakan untuk operasi serangan konvensional terhadap Ukraina sejak invasi dimulai pada Februari 2022.
AS Kerahkan Kapal Selam Nuklir, Putin Tanggap Cepat
Sementara itu, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa dua kapal selam nuklir Amerika telah berada di posisi strategis di dekat Rusia. Pernyataan ini menyusul eskalasi retorika dari pihak Medvedev dan dianggap sebagai sinyal tegas bahwa AS siap menanggapi setiap bentuk ancaman.
Kunjungan utusan khusus AS, Steve Witkoff, ke Rusia pada Rabu (6/8) ini diharapkan dapat menjadi langkah diplomatik lanjutan. Namun, Trump menyatakan bahwa jika tidak ada kemajuan menuju gencatan senjata, Kremlin akan menghadapi sanksi ekonomi tambahan.
“Rusia harus mengakhiri perang ini paling lambat Jumat. Jika tidak, akan ada konsekuensi besar,” ujar Trump dalam pernyataan terbarunya.
Ukraina Serang Krimea, Jet Tempur Rusia Dihancurkan
Di tengah eskalasi ini, Ukraina kembali menunjukkan perlawanan. Dinas Keamanan Dalam Negeri Ukraina melaporkan telah menghancurkan satu unit jet tempur Su-30 dan merusak empat pesawat militer lainnya dalam serangan terhadap pangkalan udara di Krimea yang dikuasai Rusia.
Tiga pesawat pengebom jet Su-24 turut menjadi target serangan dalam operasi militer yang digambarkan sebagai “aksi balasan strategis”.
Ultimatum dan Ancaman Sanksi Baru
Trump menegaskan bahwa AS siap memberlakukan "tarif sekunder" bagi negara mitra dagang Rusia seperti Tiongkok dan India jika Kremlin tidak segera menghentikan agresinya. Langkah ini disebut berisiko memicu krisis ekonomi global, namun dianggap sebagai strategi untuk menekan Rusia secara maksimal.
“Setiap ultimatum baru merupakan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi antara Rusia dan Amerika,” tanggap Dmitry Medvedev terhadap pernyataan Trump.
Rusia Kukuh pada Posisi, Perdamaian Masih Jauh
Meski mendapat tekanan dari dunia internasional, termasuk AS, Presiden Putin tetap menyatakan bahwa Rusia hanya akan mendukung perdamaian yang “langgeng dan stabil”. Ia menegaskan bahwa syarat-syarat perdamaian versi Kremlin belum berubah, sementara Kyiv terus mendorong dialog antar pemimpin.
Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda kompromi nyata dari kedua pihak, dan dunia pun menanti apakah diplomasi atau konfrontasi yang akan mendominasi dalam beberapa hari ke depan.
Sumber : Tempo.co
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 06 Agustus 2025
0 Komentar