Setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIT, Naaman berangkat dengan motornya yang dipenuhi sayur-sayuran segar. Ia berkeliling dari satu sudut kota ke sudut lainnya hingga pukul 13.00 WIT, atau sampai seluruh dagangannya habis.
“Saya biasa ambil sayur dari kebun sendiri. Kalau kurang, saya beli lagi di pasar supaya dagangan tetap lengkap,” ujar Naaman saat ditemui di sela-sela aktivitas berjualannya.
Kehadiran Naaman sangat membantu warga, terutama mereka yang tidak sempat ke pasar. Salah seorang pelanggan mengaku terbantu dengan jasa penjual sayur keliling ini.
“Kalau belanja sama Naaman, sayurnya segar dan harganya juga bersahabat. Jadi lebih praktis,” ungkapnya.
Meski harus menghadapi cuaca yang sering tidak menentu dan harga bahan bakar yang terus naik, semangat Naaman tidak pernah surut. Baginya, jualan sayur keliling bukan hanya sekadar mencari nafkah, tetapi juga menjaga hubungan sosial dengan para pelanggan.
Tradisi jualan sayur menggunakan motor seperti yang dilakukan Naaman Elopere menunjukkan bahwa kebersamaan dan interaksi sosial tetap penting di era modern. Lebih dari sekadar perdagangan, budaya ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Wamena yang sarat dengan nilai kebersamaan.
Sumber : KBRN
Editor : Redaksi Olemah
Website : www.olemah.com
Diterbitkan : 02 Oktober 2025
0 Komentar