Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Masyarakat Adat Maklew Merauke Tancapkan Salib Merah Tolak Penggusuran Proyek Jhonlin Group

Masyarakat Adat Maklew Merauke Tancapkan Salib Merah Tolak Penggusuran Proyek Jhonlin Group

MERAUKE, LELEMUKU.COM - Masyarakat Adat Papua dari Suku Maklew, terutama marga Kahol, Basik-Basik, Moiwend, Balagaize, dan Gebze, didukung marga lain sebagai pemilik hak ulayat, melakukan penancapan Salib Merah pada 5 Desember 2025 di Kampung Wanam, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Aksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penggusuran paksa tanah ulayat oleh PT Jhonlin Group dan pemerintah atas nama Proyek Strategis Nasional (PSN) cetak sawah baru.

Masyarakat Adat Suku Maklew melakukan proses pembuatan Salib Merah dari tanggal 3 Desember 2025 sebagai bentuk perlawanan terhadap penggusuran tanah ulayat.

Kegiatan ini melibatkan marga Kahol, Basik-Basik, Moiwend, Balagaize, Gebze, serta marga lain sebagai pemilik hak ulayat.

Salib Merah dibuat dari kayu lokal yang dipotong dan dirakit menjadi bentuk salib sederhana, kemudian dicat merah sebagai simbol darah dan pengorbanan.

Proses pembuatan dilakukan secara gotong royong di kampung, diikuti doa bersama dan ritual adat untuk beri kekuatan spiritual pada simbol tersebut.

Penancapan dilakukan di titik-titik strategis wilayah adat yang sudah digusur paksa oleh PT Jhonlin Group atas izin pemerintah untuk Proyek Strategis Nasional cetak sawah baru.

Salib Merah jadi tanda batas larangan keras masuk, menggabungkan nilai adat dengan iman Kristen untuk lindungi tanah sebagai ciptaan Tuhan.

Jika dilanggar, dianggap sengaja ciptakan konflik atau perang dengan masyarakat adat.

Simbol ini juga peringatan ekologis terhadap kerusakan lingkungan dan perampasan ruang hidup, termasuk makam leluhur serta sumber daya alam.

Proyek PSN cetak sawah di Merauke libatkan Jhonlin Group dan jadi bagian food estate nasional yang terus picu protes karena abaikan hak ulayat dan rusak ekosistem.

Masyarakat adat khawatir proyek ini hilangkan sumber mata pencaharian dan warisan budaya untuk generasi mendatang.

Aksi serupa sudah jadi tradisi di Papua Selatan untuk tolak proyek ekstraktif yang abaikan hak ulayat. (joe)

Posting Komentar

0 Komentar