JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Rumah Sakit Marthen Indey bersama Dinas Kesehatan Provinsi Papua serta Dinas Kesehatan Kota Jayapura menggelar pertemuan guna membahas kronologi penanganan medis terhadap seorang pasien ibu hamil yang bernama Martha Ngurmetan dan bayinya meninggal dunia saat proses persalinan.
Pertemuan yang berlangsung pada Sabtu (27/12/2025) tersebut dilaksanakan sebagai langkah klarifikasi atas informasi yang beredar luas di media sosial dan menjadi perhatian publik.
Kepala Rumah Sakit Marthen Indey, Kolonel Ckm dr. Rudy Dwi Laksono, menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh aspek medis yang berkaitan dengan penanganan pasien, sekaligus memastikan seluruh prosedur telah dijalankan sesuai dengan standar operasional yang berlaku.
“Kami mengundang Dinas Kesehatan untuk menelaah secara objektif dari sisi teknis medis. Langkah ini kami lakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi dan sebagai bentuk tanggung jawab kami dalam menjunjung transparansi, khususnya terkait kasus kematian ibu dan anak,” ujar dr. Rudy.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang menangani pasien, Dr. dr. David Randel Christanto, Sp.OG, Subsp. KFM, menjelaskan bahwa hasil evaluasi sementara mengarah pada dugaan terjadinya henti jantung mendadak akibat Emboli Air Ketuban. Kondisi ini merupakan komplikasi persalinan yang sangat jarang terjadi namun memiliki tingkat fatalitas tinggi.
“Emboli air ketuban terjadi ketika cairan ketuban masuk ke dalam pembuluh darah ibu dan menyebabkan reaksi sistemik yang berat. Pada kasus ini, kejadian berlangsung sangat cepat, ditandai dengan henti napas mendadak dan perubahan warna wajah pasien,” jelas dr. David. Ia menambahkan bahwa pihak medis telah memberikan penjelasan kepada suami pasien terkait kondisi tersebut.
Berdasarkan catatan rekam medis RS Marthen Indey, pasien dengan usia kehamilan 37–38 minggu datang ke rumah sakit pada 26 Desember 2025 pukul 09.40 WIT dengan rujukan untuk rencana induksi persalinan. Saat tiba, kondisi ibu dan janin dinyatakan stabil.
Pada pukul 11.00 hingga 13.00 WIT, tim medis memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai opsi persalinan, termasuk tindakan operasi sesar. Namun, keluarga memutuskan untuk melanjutkan persalinan normal melalui induksi. Selama proses induksi berlangsung hingga malam hari, kondisi ibu dan Detak Jantung Janin (DJJ) terus dipantau secara rutin dan terpantau dalam kondisi baik.
Memasuki dini hari 27 Desember 2025 sekitar pukul 02.30 WIT, ketuban pecah secara spontan dengan warna jernih dan pembukaan hampir lengkap, mencapai 9 cm. Namun dua menit berselang, pasien mengalami kondisi gawat darurat berupa henti napas, penurunan denyut nadi, dan sianosis. Tim medis segera melakukan tindakan resusitasi jantung paru, pemberian oksigen, serta obat-obatan emergensi.
Dokter penanggung jawab tiba di ruangan pada pukul 03.17 WIT dan melanjutkan upaya penyelamatan secara maksimal hingga akhirnya, pada pukul 03.55 WIT, pasien dinyatakan meninggal dunia.
Manajemen RS Marthen Indey menegaskan komitmennya untuk memberikan penjelasan secara terbuka kepada pihak keluarga. Namun, rumah sakit memilih menunggu hingga suasana duka mereda sebelum melakukan pertemuan resmi.
“Kami menghormati perasaan dan kondisi keluarga yang sedang berduka. Rencananya, pertemuan dengan suami dan keluarga inti akan dilaksanakan pada Senin (29/12/2025) agar seluruh kronologi dapat disampaikan dengan jelas,” pungkas dr. Rudy. (Redaksi Jayapura Post )

0 Komentar